Dalam
proses globalisasi tidak terlepas dari suatu perubahan, yaitu perubahan
yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Apabila kebudayaan
secara umum merupakan suatu rangkaian kepercayaan, nilai-nilai, dan
gaya hidup dari suatu masyarakat tertentu didalam eksistensi kehidupan
sehari-hari, maka dewasa ini didalam era globalisasi mulai muncul apa
yang disebut kebudayaan global. Kebudayaan global bisa diartikan sebagai
moderrnitas. Dalam hal ini modernitas mempunyai pengertian masyarakat
modern, gaya hidup modern, ekonomi modern, budaya modern, dan pendidikan
modern.
Proses globalisasi merupakan suatu rangkaian proses yang mengintegrasikan kehidupan global didalam suatu ruang dan waktu melalui
internasionalisasi perdagangan, internasionalisasi pasar dari produksi
dan keuangan, internasionalisasi dari komoditas budaya yang ditopang
oleh jaringan system telekomunikasi global yang semakin canggih dan
cepat. Intinya dari proses globalisasi yaitu terciptanya suatu jaringan kehidupan yang semakin terintegrasi.
Kaitan antara globalisasi dan pendidikan menurut Giddens terletak didalam lahirnya suatu masyarakat baru yaitu “knowledge-based-society” yang merupakan anak kandung dari proses globalisasi. Karena
globalisasi, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat yang merupakan
dasar dari globalisasi ekonomi dan politik di dunia ini. Namun demikian
suatu “knowledge-based society” yang didasarkan kepada ilmu
pengetahuan akan terus-menerus berubah dan merupakan subyek untuk
revisi. hal ini memerlukan apa yang disebutnya sikap refleksif dari
manusia yaitu kemampuan untuk merenungkan mengenai kehidupannya
berdasarkan rasio.
Untuk
itu pendidikan sangat penting didalam mewujudkan masyarakat masa depan
yang berdasarkan ilmu pengetahuan, melalui pendidikan proses transmisi
serta pengembangan ilmu pengetahuan akan terjadi.
Lahirnya
globalisasi , yang kemudian disusul dengan penetrasi teknologi yang
sangat canggih, menjembatani bangsa-bangsa didunia ini menjadi global village.
Globalisasi berkembang melintasi batas-batas keelokan. Dalam kondisi
seperti ini dunia mengarah pada proses integrasi dan homogenisasi
budaya. Akan tetapi proses integrasi dan homogenisasi ini menimbulkan
reaksi yang beragam.
Lahirnya
budaya global bukan berarti hilangnya identitas suatu masyarakat,
justru globalisasi telah merangsang kesadaran individu, kesadaran etnis
dari suatu komunitas yang pluralistik. Artinya pendidikan nasional kita
perlu mempunyai sikap didalam menghadapi perubahan-perubahan global
dalam era globalisasi dewasa ini.
Kemudian
yang menjadi pertanyaan, bagaimana seharusnya kita menghadapi arus
globalisasi yang mempumyai dua wajah ini? Terlebih ketika dibenturkan
dalam dunia pendidikan. Seringkali kita menemukan adanya indikasi dari
menurunnya nilai dan moral anak bangsa diantaranya karena adanya
pengaruh globalisasi, namun disisi lain adanya kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi juga pengaruh dari arus globalisasi, sehingga menjadikan
dunia ini serasa tidak lagi bulat melainkan rata.
Globalisasi
adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari
gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa
lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan
menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Globalisasi sering diterjemahkan “mendunia” atau “mensejagat”,
yaitu dengan cepat menyebar keseluruh plosok dunia, baik berupa ide,
gagasan, data, informasi, dan sebagainya begitu disampaikan saat itu
pula diketahui oleh semua orang diseluruh dunia. Globalisasi selain
menghadirkan ruang positif namun juga terdapat sisi negativenya.
Globalisasi adalah merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan
dikontekskan pada keadaan yang ada pada masa kini.
Pengaruh
globalisasi mempunyai implikasi atau bahkan dampak atas berbagai Negara
atau bangsa, tampaknya didasarkan pada dua asumsi. Pertama,
sekurang-kurangnya sampai taraf tertentu, pelaku atau subjek
globalisasi adalah Negara-negara industri maju. Dengan kata lain,
globalisasi sampai taraf tertentu merupakan kepanjangan tangan (extension) kepentingan Negara industri maju. Kedua,
kekhawatiran, kecemasan, atau bahkan ketakutan akan pengaruh atau
dampak terutama yang bersifat negative dari globalisasi umumnya
dirasakan terutama oleh bangsa-bangsa dalam Negara berkembang, yang
lebih merupakan objek daripada subjek globalisasi. Meskipun demikian,
baik karena ketergantungan Negara berkembang pada Negara-negara maju
dalam berbagai bidang, keuangan, ekonomi, maupun teknologi, ataupun
keinginan untuk mengejar kemajuan, sadar atau tidak, mau atau tidak,
Negara-negara berkembang sebenarnya juga mendukung proses globalisasi
itu. Dalam pengertian ini, Negara-negara berkembang juga merupakan
subjek atau pelaku globalisasi walaupun lebih pasif sifatnya.
Dari
globalisasi tersebut maka akan berpengaruh, implikasi ataupun
dampaknya, khususnya terhadap Negara-negara berkembang seperti
Indonesia, terutama dalam ranah pendidikan, nilai-nilai moral, sosial,
politik budaya dan kemanusiaan, baik yang bersifat positif maupun
negative akan sangat besar efek yang ditimbulkan. Ini semua merupakan
tantangan khususnya bagi generasi muda sebagai penerus bangsa, bagaimana
mengemas globalisasi ini sebaik mungkin mengambil nilai positifnya dan
menghindari sisi negatifnya.
Hal
itu juga berimbas pada perkembangan dunia pendidikan di Indonesia yang
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan arus globalisasi,
dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas
juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka
peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk
ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan
nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun
non-akademik, dan memperbaiki menejemen pendidikan agar lebih produktif
dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan
bangsa Indonesia dalam mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang
dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi,
menimbulkan dampak negative yang tidak sedikit jumlahnya bagi
masyarakat, paling tidak ada tiga dampak negative yang akan terjadi
dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitu:
Pertama,
dunia pendidikan akan menjadi objek komoditas dan komersil seiring
dengan kuatnya hembusan paham neoliberalisme yang melanda dunia.
Paradigma dalam dunia komersil adalah usaha mencari pasar baru dan
memperluas bentuk-bentuk usaha secara terus menerus. Globalisasi mampu
memaksa liberalisasi berbagai sektor yang dulunya non-komersial menjadi
komoditas dalam pasar yang baru. Tidak heran apabila sekolah masih
membebani orang tua murid dengan sejumlah anggaran berlabel uang komite
atau uang sumbangan pembangunan institusi meskipun pemerintah sudah
menyediakan dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Kedua,
mulai melemahnya kekuatan kontrol pendidikan oleh Negara. Tuntutan
untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti International
Monetary Fund (IMF) dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia
politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan
perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemenkan, UU Sisdiknas,
dan PP no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak
sentralistis menjadi disentralistis.
Ketiga,
globalisasi akan mendorong delokasi dan perubahan teknologi dan
orientasi pendidikan. Pemanfaatan teknologi baru, seperti komputer dan
internet, telah membawa perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia
pendidikan yang tradisional. Pemanfaatan multimedia yang portable dan
menarik sudah menjadi pemandangan yang biasa dalam praktik pembelajaran
didunia sekolah Indonesia. Disinilah bahwa pendidikan menjadi agenda
prioritas kebangsaan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi untuk dilakukan
seoptimal mungkin.
Selain
dampak negative, pengaruh globalisasi juga membawa dampak yang positif.
Sebagian pakar telah melihat betapa besar impact/ imbas yang disebabkan
oleh pengaruh global ini sebagai suatu global revolution.
Globalisasi telah menimbulkan gaya hidup baru yang tampak dengan jelas
dalam mempengaruhi kehidupan.
Globalisasi
dunia pendidikan mampu memaksa liberalisasi berbagai sektor,
mengakibatkan melonggarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh Negara
karena mengacu ke Standar Internasional, yang mana bahasa Inggris
menjadi sangat penting sebagai bahasa komunikasi, agar dapat bersaing di
era globalisasi saat ini.
Globalisasi
telah menciptakan dunia yang semakin terbuka dan saling ketergantungan
antarnegara dan antarbangsa. Negara atau bangsa dunia kini bukan saja
saling terbuka terhadap satu sama lain, tetapi juga saling
ketergantungan satu sama lain dan itu bersifat asimetris, artinya satu
Negara lebih tergantung pada Negara lain daripada sebaliknya. Karena
saling ketergantungan dan saling keterbukaan ini, semua Negara pada
prinsipnya akan terbuka terhadap pengaruh globalisasi. Dan efek yang
ditimbulkan adalah akan masuknya secara bebas nilai-nilai moral, sosial
budaya, dan sebagainya yang akan berdampak pada ranah pendidikan yang
cenderung akan banyaknya nilai-nilai negative yang masuk tanpa adanya
penyaringan.
1. Responsifitas dalam Menghadapi Globalisasi Pendidikan
Setelah
mengkaji globalisasi pendidikan terutama problematika dan pengaruh atau
dampak yang ditimbulkannya, dalam hal ini berkaitan tentang ranah
pendidikan, kita tidak akan mungkin terlepas dari elemen-elemen yang
sangat berpengaruh didalamnya dan saling berkaitan satu sama lainnya.
Yaitu, pendidik (guru), peserta didik (siswa), orang tua ( keluarga), dan lingkungan.
Telah kita ketahui bersama bahwa globalisasi bisa
berdampak positif dalam melakukan perubahan yang lebih baik, namun
disisi lain mempunyai dampak negatif yang dapat menjadi boomerang bagi
dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Hal itu semua akan tergantung
bagaimana elemen-elemen yang sangat berpengaruh dalam pendidikan mampu
bersikap responsive dalam menghadapi arus globalisasi yang tidak bisa
kita hindari, artinya dalam menghadapi arus globalisasi ini kita tidak
akan pernah menemukan suatu penyelesaian dengan cara menghindari dan berpura-pura tidak tahu apa-apa.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh semua elemen diatas tadi dalam menghadapi arus globlisasi dalam dunia pendidikan.
1. Pendidik (Guru)
Menurut
undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah
ditegaskan bahwa yang dimaksud Guru adalah pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik dijalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Disamping
itu, di era global saat ini dituntut adanya fungsi dari keberadaan guru
sebagai tenaga professional, yang mampu meningkatkan martabat serta
mampu melaksanakan system pendidikan nasional dan mewujudkan pendidikn
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa.
Maka
dari itu, masalah guru merupakan topik yang tidak pernah habis dibahas
dan selalu aktual seiring dengan perubahan zaman dan pengaruh
globalisasi dalam pendidikan, karena permasalahan guru sendiri dan dunia
pendiidkan yang menyangkutnya selalu diperbincangkan. Pada dasarnya
persoalan etika dan moral anak bangsa, bukan hanya permasalahan guru
namun jika yang dituju adalah moral peserta didik (siswa), maka
tidak ada alasan untuk guru dilibatkan. Guru sebagai pengajar dan
pendidik, memang tidak hanya harus membina para murid segi kognitif dan
psikomotoriknya demi peningkatan nilai angka. Akan tetapi, seorang guru
sangat dituntut agar apa yang ia kerjakan dipraktekan oleh para muridnya
dalam kehidupan.
Guru
adalah orang yang bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar dan
juga kemerosotannya. Untuk itu tugas guru tidak terbatas pada pengajaran
mata pelajaran, tapi yang paling penting adalah pencetakan karakter
murid. Tantangan persoalan ini memang sangat sulit bagi seorang guru
karena keterbatasan kontrolling pada murid kerap membuatnya kecolongan.
Disamping itu, dalam
menghadapi era globalisasi guru dituntut meningkatkan
profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Guru juga harus siap
menghadapi kata kunci dunia pendidikan, seperti: kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Dengan demikian kualitas mutu pendidikan harus sangat diperhatikan oleh para guru untuk menyelamatkan profesinya.
Untuk itu dalam peningkatan kualitas pengajaran, guru harus bisa mengembangun tiga intelegensi dasar siswa. Yaitu: intelektual, emosional, dan moral.
Tiga unsur itu harus ditanamkan pada diri murid sekuat-kuatnya agar
terpatri dalam dirinya. Kemudian system pembelajaran yang kreatif dan
inovatif juga menjadi penting bagi guru, sehingga dapat megembangkan
seluruh potensi diri siswa, dan memunculkan keinginan bagi siswa untuk
maju yang diikuti ketertarikan untuk menemukan hal-hal baru pada bidang
yang diminati melalui belajr mandiri (self study) yang kuat.
Dengan perkembangan bidang teknologi informasi semakin mendorong dalam
kemajuan bidang ilmu pengetahuan, sehingga dunia pendidikan harus
memiliki kemampuan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin.
2. Peserta didik (Siswa)
Selain
tugas utama seorang siswa yaitu belajar, seorang siswa juga harus mampu
memilah dan memilih segala pengaruh yang masuk dalam dirinya, baik itu
pengaruh dari teman sebayanya, lingkungannya, maupun media masa. Dampak
dari pengaruh globalisasi terhadap siswa akan sangat mungkin berdampak
negativ dan menghancurkan dirinya jika tidak segera ditanggulangi.
Baik
pengaruh positif maupun negatif dari globalisasi akan sangat terlihat
jelas bagi siswa dalam perilaku dan tingkah lakunya sehari-hari. Hal itu
dikarenakan mereka masih dalam masa-masa labil, dan masa-masa dimana
selalu ingin mencoba sesuatu hal yang dianggap baru. Hal ini yang perlu diperhatikan bagi orang-rang dewasa yang ada disekitarnya.
Akses
internet yang terbuka seluas-luasnya akan berdampak buruk bagi siswa
jika digunakan untuk mengakses video porno, maupun gambar-gambar lainnya
yang tidak sepantasnya mereka akses. Namun akan sangat baik jika akses
interet digunakan oleh mereka untuk mencari informasi dan pengetahuan
sebanyak-banyaknya karena dunia ini akan terasa sempit melaui dunia
maya.
Dua
hal yang saling kontradiktif namun sangat dekat sekali, sehingga tidak
jarang yang menyalahgunkan dalam pemanfaatan kemajuan teknologi bagi
siswa. Maka dari itu tiga unsur dasar bagi siswa, yaitu intelektual,
emosional, dan moral sangat penting untuk mereka miliki.
Intelektual
murid harus luas, agar ia bisa menghadapi arus globalisasi dan tidak
ketinggalan zaman, apalagi sampai terbawa arus. Selain itu, dimensi
emosional dan spiritual siswa juga harus terdidik dengn baik, agar bisa
melahirkan perilaku yang baik dan bisa bertahan diantara pengaruh demoralisasi di era globalisasi dengan prinsip spiritualnya.
3. Orang tua (Keluarga)
Orang tua atau keluarga dianggap sebagai pendidikan pertama
bagi anak sebelum mereka dikenalkan dengan dunia luar. Pengaruh
keluarga juga sangat besar dalam pertumbuhan seorang anak, karena
disamping mempunyai kedekatan secara emosional, mereka juga mempunyai
tingkat kebersamaan yang lebih karena tinggal dalam satu atap atau satu
rumah.
Peran
orang tua untuk mencari tau segala kegiatan yang dilakukan oleh
anak-anaknya sangat penting, dimana jika keluarga sedikit mengbaikan itu
maka akan berdampak pada kepribadian dan perilaku anak-anaknya yang
tidak terkontrol. Orang tua terkadang memberikan sepenuhnya kepada
sekolah dalam mendidik dan mengembangkan potensi anak, padahal tidak
sampai disitu saja karena kontrol dari sekolah terbatas hanya dalam jam
pelajaran sekolah.
Mencari
tahu segala kegiatan anak tidak harus dengan mengikutinya setiap detik
dan setiap waktu. Namun bisa dilakukan dengan banyak hal dan cara,
seperti dengan memberikan perhatian, menanyakan dengan siapa teman
bermain, menanyakan keadaan anak kepada guru-guru nya di sekolah, dan
lain sebagainya. Hal seperti ini sangat mudah dilakukan, namun
terkadang orang tua sibuk dengan kegiatannya masing-masing bahan tidak
mau tahu sehingga anak seringkali terabaikan.
4. Lingkungan
Lingkungan
tempat tinggal akan berdampak besar pada perilaku dan kepribadian
seseorang, karena seringkali pengaruh teman sebayanya dapat mengalahkan
pengaruh guru maupun orang tua.
Gaya
hidup lingkungan sekitar juga mampu merusak tatanan yang sudah
diajarkan disekolah, yaitu yang berkaitan dengan moral seperti tingkah
laku dan menghormati orang yang lebih tua seringkali diabaikan karena
pengaruh kebiasaan orang-orang yang ada disekitar kita.
Untuk
itu pemilihan lingkungan sangat penting dalam menghadapi arus
globalisasi yang akan berdampak pada dunia pendidikan. Karena kewajiban
kita adalah bagaimana berinteraksi dengan nya secara positif. Toh, realitas (globalisasi) ini tidak semuanya buruk, dan tidak pula semuanya baik. Karena itu kita harus menyikapinya lewat berbagai bentuk artikulasi yang kritis namun proporsional.
Pangkal
dari arus globalisasi yaitu berada pada kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi yang mampu membawa kepada perubahan-perubahan dalam
bidang pendidikan baik perubahan positif maupun perubahan negative.
Maka, Clossing Statement……..
Globalisasi
sangat erat kaitannya dengan pendidikan yang didalamnya terdapat proses
mempengaruhi dalam segala bidang terutama dalam ranah pendidikan, yang
berimbas pada nlai-nilai moral, sosial, budaya dan kepribadian yang
dapat berdampak positif dan negatif. Pendidikan tidak mungkin menisbikan
proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam
menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses
pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih
komperehensif dan fleksibel. Dan dalam merespon globalisasi, kita
hendaknya tidak terjebak ke dalam sikap-sikap ekstrem, mendukung dan
menerimanya tanpa reserve atau menolaknya mentah-mentah. Akan tetapi,
hendaknya kita bisa bersikap lebih kritis dan kreatif dengan melakukan
penelaahan terhadap setiap sisi dari globalisasi.
Dalam
konteks Global, UU nomor 17 tahun 2007 merumuskan misi agar Indonesia
ikut berperan penting dalam pergaulan dunia Internasional. Misi ini
tidak mungkin bisa dicapai tanpa adanya sensitifitas global yang
dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Karena itu melalui pendidikan lah
yang mampu menumbuhkan sensitifitas atau kesadaran global ini. Bukan
malah menjadikan arus globalisasi yang menggrogoti pendidikan di
Indonesia.
Pembentukan
karakter bangsa yang memiliki kepedulian terhadap dunia global menjadi
cukup penting. Melalui karakter ini generasi muda diharapkan mampu
mengikuti perkembangan dunia global secara kritis. Tidak semata-mata
larut dalam berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi. Apalagi
sampai ikut sebagai pelaku berbagai kejahatan
Internasional. Sebaliknya yang diharapkan adalah generasi yang mampu
memberikan solusi bagi masa depan dunia yang lebih adil dan damai.
Seorang
pendidik/ guru memiliki tanggung jawab dan peran penting dalam
menghadapi tantangan masyarakat global di era globalisasi ini. Guru
sangat dituntut untuk tetap eksis dan meningkatkan profesionalitasnya
sebagai pengajar dan pendidik yang menjadi penentu arah generasi penerus
bangsa.
Pendapat saya Pelajaran TIK yang dihapuskan sebagai mata pelajaran di SMP/SMA:
Alangkah bijaknya bila kurikulum 2013 yang digulirkan nanti bisa
memahami apa yang ada dilapangan sekarang. Guru siap selalu atas adanya
perubahan, tetapi guru juga tak pernah lelah untuk menerima kemajuan.
Hilangnya TIK ini menjadi tantangan sendiri apakah para generasi masa
depan bisa siap bersaing dengan minimnya ilmu yang embannya. Tantangan
zaman penguasaan bahasa dan teknologi harus terus ditanamkan pada anak
didik.
Pendapat saya tentang hubungan globalisasi dengan pendidikan :
Dengan melakukan sebuah perubahan melalui pendidikan global kita akan
meningkatkan kemampuan untuk bisa berkompetisi secara ekonomis dengan
negara-negara lain di dunia.